www.bgaindonesia.blogspot.com -- Setiap orang mewarisi penyakit yang disebut dengan istilah sindrom Salomo. Salah satu ciri yang melekat pada orang yang mengidap penyakit ini adalah suka memamerkan apa yang dimilikinya. Di balik pamer diri, seseorang ingin dirinya dijadikan pusat perhatian, agar orang lain mengetahui keberadaannya. Semakin ia menjadi pusat perhatian, semakin ia merasa dirinya berharga, bernilai, dan memiliki arti hidup di dunia ini. Artinya, setiap orang ingin diakui dan diterima keberadaannya oleh orang lain. Hal ini tidak hanya berlaku pada manusia, tetapi juga berlaku pada perusahaan, produk, seni, negara, etnis, budaya, dan sebagainya.
Salah satu contoh konkret dari sindrom Salomo ini, yaitu sejarah menara Eiffel di Paris, Perancis. Ada alasan dan motif tertentu mengapa menara itu dibangun. Pada tahun 1889, Raja Edward VII mengadakan sebuah sayembara memperindah kota Paris sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan 100 tahun peristiwa Revolusi Perancis. Perayaan ini sangat penting bagi sejarah Perancis karena mereka berhasil menghapus kediktatoran raja dan menciptakan sistem pemerintahan demokratis. Untuk menunjukkan adanya kemajuan demokrasi dalam 100 tahun itu, rakyat dan pemerintah Perancis ingin memperindah kota Paris. Banyak arsitek dan insinyur mengajukan pelabgai gagasan baru dan secara tidak terduga justru rancangan Gustave Eiffel yang terpilih. Alhasil, menara Eiffel menjadi salah satu tempat wisata terkenal di dunia.
Tindakan serupa juga yang mendasari Salomo dalam membangun istananya. Jika Bait Allah dibangun selama tujuh tahun, maka Salomo membangun istananya hampir dua kali lebih lama, yaitu tiga belas tahun lamanya (1). Luas dan besar istananya jauh lebih luas dari pada Bait Allah. Bahan bangunan terbaik yang dipakai, baik untuk membangun istana maupun untuk Bait Allah. Semuanya berkualitas dan mahal harganya (8-12). Pertanyaannya adalah, apa faedah membangun istana semegah itu? Apakah motif kesombongan dan alasan ketenaran yang melandasi tindakan Salomo?
Renungkan: Sindrom Salomo juga menghinggapi orang-orang Kristen zaman sekarang. Mereka berlomba-lomba membangun gedung gereja mewah yang menghabiskan milyaran rupiah. Jarang sekali mereka memperhatikan sesamanya yang kekurangan. Ada hal yang lebih penting dari semuanya itu, yaitu membangun hidup sesama manusia dan hubungan antarmanusia. Kiranya Tuhan memberi kita bijaksana dalam berpikir dan bertindak.
0 Response to "BGA 1 Raja-Raja 7:1-12: SINDROM SALOMO"
Posting Komentar