www.bgaindonesia.blogspot.com -- Pada masa kini banyak orang sulit percaya, dan bahkan tidak percaya sama sekali, kepada ajaran agama mengenai janji Allah. Banyak orang berasumsi bahwa Allah lebih banyak ingkar janji daripada Allah menepati janji. Banyak komplain, kritik negatif, dan sinisme yang diarahkan kepada Allah. Salah satu alasan yang sering diungkapkan oleh kelompok ini adalah “dimanakah Allah saat saya membutuhkan-Nya?” Kalau begitu, apa arti dari sebuah janji? Menurut kamus Oxford, kata “janji” diartikan sebagai suatu pernyataan atau deklarasi yang menjamin bahwa seseorang dapat mewujudkan apa yang diucapkan dan dijanjikannya. Dengan definisi seperti ini berarti tudingan mereka sama sekali keliru. Mengapa? Sebab segala tindakan Allah yang konkret selalu bertujuan mendatangkan kebaikan bagi kita menurut standar-Nya. Jika Allah menolak doa permohonan kita, karena hal itu tidak mendatangkan kebaikan bagi diri kita, apakah kita dengan begitu gampangnya mengatakan Allah ingkar janji?
Jika banyak orang yang kecewa terhadap janji Allah, beda halnya dengan Abram? Setelah 13 tahun menunggu penggenapan janji Allah yang tidak kunjung tiba, Abram sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Hal ini terlihat bagaimana ia tertawa ketika Allah mengulang kembali janji-Nya? Apakah tertawa Abram menunjukkan ketidakpercayaan atau sikap mencemooh janji Allah? Atau tertawa itu memperlihatkan sikap kebingungan dalam artian bagaimana mungkin dua orang yang lanjut usia dapat memiliki keturunan (17-18)? Apapun yang dipikirkan Abram, Allah sama sekali tidak menyalahkannya. Sebaliknya Ia mempertegas bahwa ahli waris Abram bukan berasal dari Hagar, melainkan berasal dari Sarai (19-21).
Ada hal menarik di ayat 18 di mana Abram berupaya membujuk Allah dengan mengusulkan Ismael sebagai ahli waris dalam menggenapi janji Allah. Di sini ada dua jawaban yang Allah berikan kepada Abram, yakni: Pertama, Allah dengan tegas menolak Ismael dan saat yang sama Allah memberi nama Ishak kepada calon anak Abram dan Sarai (19). Penegasan ini memperlihatkan bahwa kelanjutan ikatan perjanjian abadi akan diwariskan kepada Ishak sebagai satu-satunya ahli waris yang sah dari Abram (21). Kedua, Allah memberkati Ismael dan keturunannya karena bagaimana pun juga Ismael adalah anak Abram. Di sini Allah berjanji bahwa Ismael akan melahirkan dua belas raja dan keturunannya akan menjadi bangsa yang besar (20). Penegasan Allah mengenai ahli waris mengakhiri keraguan dan tawar menawar di hati Abram. Sebagai respons iman, Abram, Ismael, dan seluruh pekerja yang ada di rumahnya disunat pada hari itu sebagai persetujuan kontrak abadi dengan Allah (23-27).
Renungkan: Allah, yang kita percayai dalam Kristus, sangat mengerti setiap kelemahan dan pergumulan kita. Ia mengerti saat iman kita menjadi tawar dan hampir menyerah karena penantian yang tak kunjung selesai. Namun, Dia cukup sabar mendorong dan menguatkan kita melalui firman-Nya. Sekarang waktunya kita bangkit dan merespons panggilan dan janji Allah dengan tepat dan benar. Marilah kita bekerja dengan penuh semangat terhadap bagian yang Allah percayakan dalam hidup kita.
0 Response to "BGA Kejadian 17:15-27: JANJI ALLAH"
Posting Komentar