www.bgaindonesia.blogspot.com -- Kita sering mendengar, baik dalam khotbath maupun renungan, kalimat “Tidak perlu membalas…sebab Allah selalu menyertai.” Secara akal budi, kita paham maksud kalimat tersebut. Secara tindakan, kerap kali apa yang kita lakukan sangat bertolak belakang dengan apa yang kita pahami. Lebih hebatnya lagi, kita acap kali memakai kalimat yang terkesan rohani untuk membenarkan tindakan kita membalas atau pun menuntut keadilan. Contohnya, “saya masih manusia berdosa, atau saya masih belum sempurna, dan lain sebagainya.” Namun ada satu orang yang mampu memilih mengambil sikap dan tindakan yang berbeda. Dialah Yusuf anak Yakub dan Rahel. Apa rahasia Yusuf mampu lepas dari dendam dan kebencian? Banyak alasan baginya untuk melakukan pembalasan atas perbuatan saudaranya yang tidak manusiawi. Belum lagi ditambah penderitaan yang harus dialaminya selama menjadi budak di Mesir. Tetapi ia mampu mengatasi sikap negatif dan sanggup bertindak sebagai orang merdeka terhadap dosa.
Sebagai budak Mesir, Yusuf hidup takut akan Allah. Apapun yang dialaminya, ia pasrahkan kepada-Nya karena ia tahu Allah selalu menyertai hidupnya. Ia setia pada tanggung jawabnya, baik dalam hal kecil maupun besar. Yusuf telah membuktikan ketekunan dan ketulusannya dalam bekerja. Karena itulah, Allah sangat menyayanginya (2). Allah memberkati majikannya, Potifar, karena Yusuf (5). Tidak heran kalau Potifar memercayai seluruh kekayaannya, kecuali isterinya, kepada Yusuf (4,6,9).
Kehadiran Yusuf di rumah Potifar menjadi berkat bagi majikannya. Potifar mengakui dalam hati bahwa Allah selalu menyertai dan memberkati Yusuf (3). Tetapi ketampanan wajah dan kegagahan tubuhnya memancing pusat perhatian istri Potifar. Istri pejabat yang kesepian ini mengatur jerat agar Yusuf memuaskan hasratnya (7-12). Godaan demi godaan dihindarinya, sampai suatu kali Yusuf memilih melarikan diri daripada jatuh ke dalam dosa perzinaan. Akibatnya, Yusuf harus menerima fitnahan dari isteri Potifar dan bajunya dijadikan barang bukti (13-18). Perasaan marah telah menguasai akal sehat Potifar dan ia memerintahkan prajuritnya menangkap Yusuf dan memasukkannya ke dalam penjara (19-20). Meski demikian, Allah senantiasa menyertai Yusuf dan membuat kepala penjara sayang kepadanya sebab segala yang dilakukannya dibuat Allah berhasil (21-23).
Renungkan: Menjalani hidup dalam takut akan Allah banyak risiko, godaan, dan tantangan yang harus dihadapi. Apapun tantangan yang datang, janganlah kita menjauh dari iman. Kehilangan iman hanya membuat hidup kita semakin terpuruk dan jauh dari penyertaan-Nya.
0 Response to "BGA Kejadian 39:1-23: ALLAH SELALU MENYERTAI"
Posting Komentar