www.bgaindonesia.blogspot.com -- Elia
dikenal sebagai salah satu nabi besar dalam Perjanjian Lama. Banyak mukjizat
yang dilakukannya mencengangkan bangsa Yahudi maupun non-Yahudi. Contohnya,
mengalahkan ratusan nabi Baal di gunung Karmel. Selain itu, Elia merupakan
orang ketiga yang tidak mengalami kematian jasmani, seperti Henokh dan Musa.
Setelah sekian lama melayani Allahnya, tibalah waktu bagi
Elia pensiun dalam pelayanan di dunia (1). Isu kematian Elia telah diketahui
oleh komunitas sekolah para nabi yang ada di Gilgal, Betel, dan Yerikho (3,5).
Mereka kasak kusuk mengenai kematian Elia. Kelihatannya Elia tidak ambil pusing
persoalan itu. Ia dengan tenang melakukan perjalanan jauh, dari Gilgal menuju
sungai Yordan. Dalam perjalanan tersebut, ia ditemani oleh muridnya, Elisa.
Bukan Elia tidak gembira ditemani oleh muridnya, tetapi
ia tidak mau menyusahkan Elisa. Lagi pula Elia ingin menyendiri di tempat yang
sunyi dan sepi tanpa diketahui seorang pun. Artinya, Elia ingin kepergiannya ke
Surga tidak diketahui dan disaksikan oleh seorang pun. Ia ingin momen
pengangkatan itu hanya disaksikan oleh alam semesta saja. Karena itulah, Elia berupaya
menahan muridnya, Elisa, mengikutinya.
Ada tiga kali Elia secara halus mencegah niat Elisa
mengikutinya. Hal itu terlihat jelas dari kalimat yang diucapkan Elia, “Baiklah
tinggal di sini....” Respons yang diberikan Elisa pun terkesan ia “melawan”
perintah gurunya. Tiga kali gurunya menyuruhnya berhenti, tiga kali pula Elisa
bersumpah akan menemani gurunya sampai akhir perjalanan, “Demi TUHAN yang
hidup....” (2-6).
Apa yang membuat Elisa begitu gigihnya menemani sang
guru? Ia menyadari ada kemungkinan besar dirinya dipilih Allah menggantikan
gurunya. Untuk itu, ia memerlukan kuasa Allah dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab sebagai nabi Allah. Tidak heran apabila Elisa meminta dua bagian
kuasa Allah dari Elia (9). Bagi Elia, permintaan Elisa mustahil. Artinya, Allah
yang berhak memberikan hal itu dan bukan dirinya. Itu sebabnya Elia mengajukan
syarat yang mustahil juga. Dengan syarat seperti itu, Elia menyerahkan
kedaulatan sepenuhnya kepada Allah. Jika itu kehendak Allah, maka Elisa dapat
melihat gurunya terangkat ke sorga (10). Akhirnya, Elisa mendapatkan apa yang
dimintanya, yaitu jubah Elia (11-14). Jubah Elia merupakan simbol otoritas dan
kehadiran kuasa Allah. Dengan jubah gurunya, Elisa memulai tugas kenabiannya sebagai
orang yang penuh kuasa Allah.
Renungkan: Tiada pelayanan yang lebih berpengaruh besar
membawa perubahan selain pelayanan yang disertai oleh urapan dan kuasa Allah.
0 Response to "BGA 2 Raja-Raja 2:1-18: KUASA ALLAH dan PELAYANAN"
Posting Komentar