www.bgaindonesia.blogspot.com -- Kemajuan
teknologi banyak membantu pekerjaan manusia menjadi lebih efektif dan efisien.
Jarak antarnegara, antarpulau, dan antarbenua menjadi pendek. Teknologi
memungkinkan manusia mengakses informasi jauh lebih cepat. Tetapi, teknologi
pula yang menguatkan individualisme dan egoisme manusia semakin mengental.
Tidak heran apabila rasa peduli antarmanusia menjadi renggang. Sikap ini tidak
hanya terlihat di masyarakat maupun tempat kerja, tetapi juga di gereja.
Di masa Elisa, walau masyarakat Israel secara moral dan
agama carut-marut, para nabi dibawah bimbingannya masih memperlihatkan
kepedulian sosial dan kesehatian gotong royong. Hal ini terlihat ketika tempat di
mana mereka berkumpul, belajar, dan berdiskusi penuh sesak (1). Tempat belajar
bersama tersebut sudah tidak mampu menampung orang banyak. Mau tidak mau, harus
dilakukan renovasi untuk memperlebar ruangan belajar agar menjadi lebih
leluasa. Namun ada kendala, mereka bukanlah orang yang memiliki kecukupan
ekonomi. Untuk mencari sesuap nasi bagi diri sendiri pun sangat sulit. Tetapi,
kemiskinan diri justru membuat mereka sehati saling bahu-membahu membangun
tempat belajar untuk kepentingan bersama (2). Di samping itu, Elisa sebagai
pemimpin rohani turut membantu mereka (3-4a).
Hal yang patut dipuji dari mereka adalah integritas dan
dedikasi diri. Mereka belajar hal-hal rohani, tetapi mereka tidak mau menjadi
beban bagi masyarakat Israel. Mereka bekerja keras dalam segala hal untuk
mencukupi kebutuhan pribadi. Untuk membangun tempat baru, mereka sama sekali
tidak meminta bantuan dana. Dengan akal budi serta kedua tangan dan kaki,
mereka saling bergotong royong menebang pohon (4b).
Dalam proses
menebang terjadi musibah, yaitu mata kapak jatuh ke air keruh dan dalam,
sehingga tidak memungkinkan untuk diambil (5a). Orang yang meminjam kapak itu
bingung melihat kejadian itu. Sebab ia dengan susah payah, mungkin sedikit
mengemis, meminjam dari orang lain (5b). Ia tidak tahu dengan apa mengembalikan
kapak tersebut, sebab ia sama sekali tidak memiliki uang. Di tengah kegalauan
itu, penghiburan Allah datang melalui Elisa. Hanya melemparkan sepotong kayu,
mata kapak besi yang berat itu mengambang di permukaan air (6-7).
Renungkan: Tiada tindakan
yang lebih efektif untuk menggerakkan Allah berkarya di antara umat-Nya, selain lewat sehati dan
kepedulian bersama sebagai umat Allah.
0 Response to "BGA 2 Raja-Raja 6:1-7: SEHATI DAN KEPEDULIAN"
Posting Komentar